Kamis, 28 Februari 2013
Rabu, 20 Februari 2013
Selasa, 12 Februari 2013
Sejarah berdirinya Candi Borobudur di Indonesia
Sudah pernah ke candi borobudur kan…? Itu lho salah satu peninggalan bersejarah yang amat penting di wilayah Jawa Tengah. Candi borobudur merupakan bangunan yang amat megah dan besar. Kita nggak bisa bayangkan bagaimana dulu membangunnya. Saya sendiri pernah beberapa kali berkunjung kesana sewaktu masih kuliah di Yogya. Amat menarik memang. Nah kali ini kita akan belajar sedikit tentang sejarah berdirinya Candi borobudur itu.
Untuk sekadar mengingatkan kembali
bagaimana pentingnya kita menghargai sejarah dan benda-benda peninggalan
berupa artefak-artefak, candi, prasasti, atau yang lainnya, marilah
kita melihat bagaimana Candi Borobudur direkonstruksi sehingga menjadi
bangunan yang megah dan termasuk tujuh keajaiban dunia. Untuk
mengawalinya kita perlu melihat bagaimana nama dan Candi Borobudur
diketahui.
Gambar Candi Borobudur
Hutan belukarSekira tiga ratus tahun lampau, tempat candi ini berada masih berupa hutan belukar yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama Borobudur diketahui dari naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur. Kemudian pada Naskah Babad Tanah Jawi (1709-1710) ada berita tentang Mas Dana, seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tertangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati.
Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro, yang berminat melihat arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar. Kemudian pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya bukit yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles mengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah, untuk membersihkan bukit itu. Setelah dibersihkan selama dua bulan dengan bantuan 200 orang penduduk, bangunan candi semakin jelas dan pemugaran dilanjutkan pada 1825.
Pada 1834, Residen Kedu membersihkan candi lagi, dan tahun 1842 stupa candi ditinjau untuk penelitian lebih lanjut.
Mengenai nama Borobudur sendiri banyak ahli purbakala yang menafsirkannya, di antaranya Prof. Dr. Poerbotjoroko menerangkan bahwa kata Borobudur berasal dari dua kata Bhoro dan Budur. Bhoro berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti bihara atau asrama, sedangkan kata Budur merujuk pada nama tempat. Pendapat ini dikuatkan oleh Prof. Dr. WF. Stutterheim yang berpendapat bahwa Borobudur berarti Bihara di atas sebuah bukit. Sedangkan Prof. JG. De Casparis mendasarkan pada Prasasti Karang Tengah yang menyebutkan tahun pendirian bangunan ini, yaitu Tahun Sangkala: rasa sagara kstidhara, atau tahun Caka 746 (824 Masehi), atau pada masa Wangsa Syailendra yang mengagungkan Dewa Indra. Dalam prasasti didapatlah nama Bhumisambharabhudhara yang berarti tempat pemujaan para nenek moyang bagi arwah-arwah leluhurnya.
Bagaimana pergeseran kata itu terjadi menjadi Borobudur? Hal ini terjadi karena faktor pengucapan masyarakat setempat.
Dalam pelajaran sejarah, disebutkan bahwa candi Borobudur dibuat pada masa Wangsa Syailendra yang Buddhis di bawah kepemimpinan Raja Samarotthungga. Sedangkan yang menciptakan candi, berdasarkan tuturan masyarakat bernama Gunadharma. Pembangunan candi itu selesai pada tahun 847 M. Menurut prasasti Kulrak (784M) pembuatan candi ini dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya yang sangat dihormati, dan seorang pangeran dari Kashmir bernama Visvawarman sebagai penasihat yang ahli dalam ajaran Buddis Tantra Vajrayana. Pembangunan candi ini dimulai pada masa Maha Raja Dananjaya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya, dilanjutkan oleh putranya, Samarotthungga, dan oleh cucu perempuannya, Dyah Ayu Pramodhawardhani.
Sebelum dipugar, Candi Borobudur berupa reruntuhan seperti halnya artefak-artefak candi yang baru ditemukan sekarang ini. Ketika kita mengunjungi Borobudur dan menikmati keindahan alam sekitarnya dari atas puncak candi, kadang kita tidak pernah berpikir tentang siapa yang berjasa membangun kembali Candi Borobudur menjadi bangunan yang megah dan menjadi kekayaan bangsa Indonesia ini.
Pemugaran selanjutnya, setelah oleh Cornelius pada masa Raffles maupun Residen Hatmann, dilakukan pada 1907-1911 oleh Theodorus van Erp yang membangun kembali susunan bentuk candi dari reruntuhan karena dimakan zaman sampai kepada bentuk sekarang. Van Erp sebetulnya seorang ahli teknik bangunan Genie Militer dengan pangkat letnan satu, tetapi kemudian tertarik untuk meneliti dan mempelajari seluk-beluk Candi Borobudur, mulai falsafahnya sampai kepada ajaran-ajaran yang dikandungnya. Untuk itu dia mencoba melakukan studi banding selama beberapa tahun di India. Ia juga pergi ke Sri Langka untuk melihat susunan bangunan puncak stupa Sanchi di Kandy, sampai akhirnya van Erp menemukan bentuk Candi Borobudur. Sedangkan mengenai landasan falsafah dan agamanya ditemukan oleh Stutterheim dan NJ. Krom, yakni tentang ajaran Buddha Dharma dengan aliran Mahayana-Yogacara dan ada kecenderungan pula bercampur dengan aliran Tantrayana-Vajrayana. Oleh sebab itu, para pemugar harus memiliki sekelumit sejarah agama ini di Indonesia. Penelitian terhadap susunan bangunan candi dan falsafah yang dibawanya tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi kalau dihubung-hubungkan dengan bangunan-bangunan candi lainnya yang masih satu rumpun. Seperti halnya antara Candi Borobudur dengan Candi Pawon dan Candi Mendut yang secara geografis berada pada satu jalur.
Materi candi
Candi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja. Borobudur mirip bangunan piramida Cheops di Gizeh Mesir. Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari 55.000 m3 batu, dari 2 juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 cm X 10 cm X 15 cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jadi kalau rangkaian relief itu dibentangkan maka kurang lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat ada sepuluh, tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Sedangkan, tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir.
Menurut hasil penyelidikan seorang antropolog-etnolog Austria, Robert von Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal tata budaya pada zaman Neolithic dan Megalithic yang berasal dari Vietnam Selatan dan Kamboja. Pada zaman Megalithic itu nenek moyang bangsa Indonesia membuat makam leluhurnya sekaligus tempat pemujaan berupa bangunan piramida bersusun, semakin ke atas semakin kecil. Salah satunya yang ditemukan di Lebak Sibedug Leuwiliang Bogor Jawa Barat. Bangunan serupa juga terdapat di Candi Sukuh di dekat Solo, juga Candi Borobudur. Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa.
Berbeda dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan versi lain bangunan piramida. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan ditemukan di daerah dan negara manapun, termasuk di India. Dan itulah salah satu kelebihan Candi Borobudur yang merupakan kekhasan arsitektur Budhis di Indonesia.
Melihat kemegahan bangunan Candi Borobudur saat ini dan candi-candi lainnya di Indonesia telah memberikan pengetahuan yang besar tentang peradaban bangsa Indonesia. Berbagai ilmu pengetahuan terlibat dalam usaha rekonstruksi Candi Borobudur yang dilakukan oleh Teodhorus van Erp. Kita patut menghargai usaha-usahanya mengingat berbagai kendala dan kesulitan yang dihadapi dalam membangun kembali candi ini.
Sampai saat ini ada beberapa hal yang masih menjadi bahan misteri seputar berdirinya Candi Borobudur, misalnya dalam hal susunan batu, cara mengangkut batu dari daerah asal sampai ke tempat tujuan, apakah batu-batu itu sudah dalam ukuran yang dikehendaki atau masih berupa bentuk asli batu gunung, berapa lama proses pemotongan batu-batu itu sampai pada ukuran yang dikehendaki, bagaimana cara menaikan batu-batu itu dari dasar halaman candi sampai ke puncak, alat derek apakah yang dipergunakan? Mengingat pada masa itu belum ada gambar biru (blue print), lalu dengan sarana apakah mereka itu kalau hendak merundingkan langkah-langkah pengerjaan yang harus dilakukan, dalam hal gambar relief, apakah batu-batu itu sesudah bergambar lalu dipasang, atau batu dalam keadaan polos baru dipahat untuk digambar. Dan mulai dari bagian mana gambar itu dipahat, dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas? Dan masih banyak lagi misteri yang belum terungkap secara ilmu pengetahuan, terutama tentang ditemukannya ruang pada stupa induk candi.
Restorasi di tahun 1974-1983
Harta karun
Pemugaran selanjutnya dilakukan pada tahun 1973-1983, selang 70 tahun dari pemugaran yang dilakukan van Erp. Pemugaran ini dimaksudkan tiada lain sebagai upaya melestarikan budaya yang tak ternilai harganya. Inilah “harta karun” yang sesungguhnya tak bisa dihargai dengan uang apalagi dijual untuk membayar utang. Kesadaran masyarakat untuk ikut mengamankan bangunan candi sangat diharapkan termasuk juga dari para wisatawan.
Penggalian, penelitian, dan rencana pemugaran terhadap candi-candi atau benda-benda bersejarah lainnya yang baru-baru ini ditemukan tentunya membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Pemugaran bangunan budaya dan kepurbakalaan tidak semudah pembangunan gedung modern. Setiap bentuk bangunan budaya memiliki makna yang khusus dan hal ini tidak dapat diabaikan di dalam pemugaran bangunan kuno tersebut. Oleh sebab itu butuh dukungan dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Upaya membangun kembali sebuah simbol-simbol peradaban yang pernah hilang berarti semakin membuka mata-hati kita tentang sejarah peradaban manusia Indonesia yang kaya dengan ilmu pengetahuan dan budaya. Dengan demikian, kita akan menjadi manusia berbudaya yang mampu menghargai budayanya sendiri sebagai bentuk jati diri dan identitas bangsa yang mandiri.
Akhirnya, kita harus membangkitkan kembali gairah menghargai benda-benda cagar budaya yang bukan hanya menjadi kekayaan masyarakat dan bangsa, melainkan juga menjadi kekayaan ilmu pengetahuan yang akan terus mengungkap fakta-fakta sejarah itu. Menikmati keindahan dan menjaga kelestariannya merupakan salah satu bentuk kepedulian yang sangat berarti. Tentunya peran lembaga yang berkaitan dengan perlindungan benda-benda cagar budaya perlu ditingkatkan dengan memberikan pemahaman, pengertian dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga dan melestarikan benda-benda tersebut.
Perlindungan hukum pun harus ditegakkan secara konsisten sehingga tidak terjadi lagi kepincangan-kepincangan hukum yang menyisakan rasa ketidakadilan bagi masyarakat, seperti halnya kasus peledakan Candi Borobudur pada 1983.***
Tetap menjadi suatu misteri,sekedar tambahan candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia dengan tinggi 34,5 meter dan luas bangunan 123 x 123 meter. Di dirikan di atas sebuah bukit yang terletak kira-kira 40 km di barat daya Yogyakarta, 7 km di selatan Magelang, Jawa Tengah.
Candi Borobudur dibangun oleh Dinasti Sailendra antara tahun 750 dan 842 Masehi. Candi Buddha ini kemungkinan besar ditinggalkan sekitar satu abad setalah dibangun karena pusat kerajaan pada waktu itu berpindah ke Jawa Timur.
Sir Thomas Stanford Raffles menemukan Borobudur pada tahun 1814 dalam kondisi rusak dan memerintahkan supaya situs tersebut dibersihkan dan dipelajari secara menyeluruh. Proyek restorasi Borobudur secara besar-besaran kemudian dimulai dari tahun 1905 sampai tahun 1910 dipimpin oleh Dr. Tb. van Erp. Dengan bantuan dari UNESCO, restorasi kedua untuk menyelamatkan Borobudur dilaksanakan dari bulan Agustus 1913 sampai tahun 1983.
Namun, sampai sekarang Candi Borobudur masih menyimpan sejumlah misteri. Sejumlah misteri itu misalnya, siapa yang merancang Candi Borobudur, berapa jumlah orang dipekerjakan untuk membangun candi tersebut, dari mana saja batu untuk membangun candi ? Filosofi apa yang digunakan untuk membuat candi tersebut ? Tetapi yang pasti candi ini merupakan aset penting bagi Indonesia di mata dunia internasional. Kita harus bangga dan selalu menjaga kelestariannya.
sejarah berdirinya candi Prambanan
Peristiwa kontemporer
Pada awal tahun 1990-an pemerintah
memindahkan pasar dan kampung yang merebak secara liar di sekitar candi,
menggusur kawasan perkampungan dan sawah di sekitar candi, dan
memugarnya menjadi taman purbakala. Taman purbakala ini meliputi wilayah
yang luas di tepi jalan raya Yogyakarta-Solo di sisi selatannya,
meliputi seluruh kompleks candi Prambanan, termasuk Candi Lumbung, Candi
Bubrah, dan Candi Sewu di sebelah utaranya. Pada tahun 1992 Pemerintah
Indonesia Perusahaan milik negara, Persero PT Taman Wisata Candi
Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Badan usaha ini bertugas mengelola
taman wisata purbakala di Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, serta kawasan
sekitarnya. Prambanan adalah salah satu daya tarik wisata terkenal di
Indonesia yang banyak dikunjungi wisatawan dalam negeri ataupun wisatwan
mancanegara.
Tepat di seberang sungai Opak dibangun
kompleks panggung dan gedung pertunjukan Trimurti yang secara rutin
menggelar pertunjukan Sendratari Ramayana. Panggung terbuka Trimurti
tepat terletak di seberang candi di tepi Barat sungai Opak dengan latar
belakang Candi Prambanan yang disoroti cahaya lampu. Panggung terbuka
ini hanya digunakan pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan,
pertunjukan dipindahkan di panggung tertutup. Tari Jawa Wayang orang
Ramayana ini adalah tradisi adiluhung keraton Jawa yang telah berusia
ratusan tahun, biasanya dipertunjukkan di keraton dan mulai
dipertunjukkan di Prambanan pada saat bulan purnama sejak tahun 1960-an.
Sejak saat itu Prambanan telah menjadi daya tarik wisata budaya dan
purbakala utama di Indonesia.
Setelah pemugaran besar-besaran tahun
1990-an, Prambanan juga kembali menjadi pusat ibadah agama Hindu di
Jawa. Kebangkitan kembali nilai keagamaan Prambanan adalah karena
terdapat cukup banyak masyarakat penganut Hindu, baik pendatang dari
Bali atau warga Jawa yang kembali menganut Hindu yang bermukim di
Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya. Tiap tahun warga Hindu dari provinsi
Jawa Tengah dan Yogyakarta berkumpul di candi Prambanan untuk menggelar
upacara pada hari suci Galungan, Tawur Kesanga, dan Nyepi.[7][8]
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan
kekuatan 5,9 pada skala Richter (sementara United States Geological
Survey melaporkan kekuatan gempa 6,2 pada skala Richter) menghantam
daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat
terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk sekitar. Gempa ini
berpusat pada patahan tektonik Opak yang patahannya sesuai arah lembah
sungai Opak dekat Prambanan. Salah satu bangunan yang rusak parah adalah
kompleks Candi Prambanan, khususnya Candi Brahma. Foto awal menunjukkan
bahwa meskipun kompleks bangunan tetap utuh, kerusakan cukup
signifikan. Pecahan batu besar, termasuk panil-panil ukiran, dan
kemuncak wajra berjatuhan dan berserakan di atas tanah. Candi-candi ini
sempat ditutup dari kunjungan wisatawan hingga kerusakan dan bahaya
keruntuhan dapat diperhitungkan. Balai arkeologi Yogyakarta menyatakan
bahwa diperlukan waktu berbulan-bulan untuk mengetahui sejauh mana
kerusakan yang diakibatkan gempa ini.[9][10] Beberapa minggu kemudian,
pada tahun 2006 situs ini kembali dibuka untuk kunjungan wisata. Pada
tahun 2008, tercatat sejumlah 856.029 wisatawan Indonesia dan 114.951
wisatawan mancanegara mengunjungi Prambanan. Pada 6 Januari 2009
pemugaran candi Nandi selesai.[11] Pada tahun 2009, ruang dalam candi
utama tertutup dari kunjungan wisatawan atas alasan keamanan.
Jul15
Penemuan Kembali
Reruntuhan candi Prambanan segera setelah ditemukan.
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar
candi sudah mengetahui keberadaan candi ini. Akan tetapi mereka tidak
tahu latar belakang sejarah sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa
yang telah membangun monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat
setempat menciptakan dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula
keberadaan candi-candi ini; diwarnai dengan kisah fantastis mengenai
raja raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan
dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta putri cantik yang dikutuk
menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan dikenal sebagai kisah
Rara Jonggrang.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh
CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian
dunia ketika pada masa pendudukan Britania atas Jawa. Ketika itu Colin
Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles,
menemukan candi ini. Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan
penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi ini tetap terlantar hingga
berpuluh-puluh tahun. Penggalian tak serius dilakukan sepanjang 1880-an
yang sayangnya malah menyuburkan praktek penjarahan ukiran dan batu
candi. Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan
dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa saat
kemudian IsaƤc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan
batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai
Opak. Arca-arca dan relief candi diambil oleh warga Belanda dan
dijadikan hiasan taman, sementara warga pribumi menggunakan batu candi
untuk bahan bangunan dan pondasi rumah.
Pemugaran
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan
tetapi upaya serius yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada
tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh.
Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige
Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai
kaidah arkeologi. Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan
pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan tanpa
memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan
De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931
digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian
diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu
berlanjut hingga tahun 1993 [6].
Upaya renovasi terus menerus dilakukan
bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa yaitu candi utama kompleks ini
dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden pertama
Republik Indonesia Sukarno. Banyak bagian candi yang direnovasi,
menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau
dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila
minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi
kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs
Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO, status ini diberikan UNESCO
pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian candi Prambanan tengah direnovasi
untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006. Gempa ini
telah merusak sejumlah bangunan dan patung.
7 candi terbesar didunia
1.Wat Rong Khun
Candi ini terletak di Thailand dan sepenuhnya berwarna putih. Hal ini dihiasi dengan mosaik cermin yang membuat candi bersinar. Candi yang indah ini masih dalam rekrontuksi pembangunan dan dikatakan bahwa dalam 90 tahun lagi akan masuk dalam Daftar 7 Keajaiban Dunia.
2.Shwedagon Pagoda
Candi ini terletak di Mynamar dan juga dikenal sebagai Kuil Emas. Strukturnya semua terbuat dari emas dan Budha menggunakan tabungan mereka untuk membeli daun emas yang kemudian mereka pasangkan pada dinding candi. Kubah ini memiliki 2.000 rubi dan 5.000 berlian.
3.Tiger's Nest Monastery
Candi ini terletak di Bhutan, di tepi tebing. Dikatakan bahwa Guru Rinpoche mendarat di tebing ketika ia mengendarai harimau betina setelah itu ia pergi untuk bermeditasi selama bertahun-tahun dalam gua. Gua ini dapat ditemukan di biara.
4.Prambanan
Candi Hindu ini berada di Indonesia. Hal ini memegang 8 kuil besar dan lebih dari 200 yang kecil lainnya. Dinding tertutup dengan tulisan-tulisan tentang Wisnu dan Hanuman. Cerita-cerita ini juga bicara tentang Ramayana serta legenda lainnya.
5.Temple Of Heaven
Candi ini terletak Tao di Beijing. Setiap bagian dari candi ini adalah melingkar dalam bentuk yang katanya untuk mewakili Surga. Namun, tanah-kuadrat dan mewakili Bumi.
6.Borobudur
Candi ini ditemukan di Indonesia oleh penjajah Belanda. Hal ini sepenuhnya dibuat dari batu dan memiliki lebih dari 2.000 panel relief bersama dengan 504 patung Buddha. Tidak ada yang tahu kapan candi ini dibangun dan alasan di balik pembangunannya. Sejumlah ulama mengatakan bahwa candi adalah buku teks agama Buddha dan bahwa ritual harus melalui beberapa platform dan berjalan selama 2 mil untuk membacanya.
7.Chion-In Temple
Candi ini dikatakan kuil Jepang yang paling terkenal. Mereka yang mengunjungi candi ini yang pertama diminta untuk melewati Gerbang San-Sen besar. Lonceng kuil berat mempunyai berat lebih dari 70 ton. Halaman Aula candi memiliki ‘bulbul’ lantai yang secara resmi disebut sebagai-uguisu Bari. Jika penyusup yang masuk, papan-papan kayu berderit dan para biarawan yang disiagakan.
Candi ini terletak di Thailand dan sepenuhnya berwarna putih. Hal ini dihiasi dengan mosaik cermin yang membuat candi bersinar. Candi yang indah ini masih dalam rekrontuksi pembangunan dan dikatakan bahwa dalam 90 tahun lagi akan masuk dalam Daftar 7 Keajaiban Dunia.
2.Shwedagon Pagoda
Candi ini terletak di Mynamar dan juga dikenal sebagai Kuil Emas. Strukturnya semua terbuat dari emas dan Budha menggunakan tabungan mereka untuk membeli daun emas yang kemudian mereka pasangkan pada dinding candi. Kubah ini memiliki 2.000 rubi dan 5.000 berlian.
3.Tiger's Nest Monastery
Candi ini terletak di Bhutan, di tepi tebing. Dikatakan bahwa Guru Rinpoche mendarat di tebing ketika ia mengendarai harimau betina setelah itu ia pergi untuk bermeditasi selama bertahun-tahun dalam gua. Gua ini dapat ditemukan di biara.
4.Prambanan
Candi Hindu ini berada di Indonesia. Hal ini memegang 8 kuil besar dan lebih dari 200 yang kecil lainnya. Dinding tertutup dengan tulisan-tulisan tentang Wisnu dan Hanuman. Cerita-cerita ini juga bicara tentang Ramayana serta legenda lainnya.
5.Temple Of Heaven
Candi ini terletak Tao di Beijing. Setiap bagian dari candi ini adalah melingkar dalam bentuk yang katanya untuk mewakili Surga. Namun, tanah-kuadrat dan mewakili Bumi.
6.Borobudur
Candi ini ditemukan di Indonesia oleh penjajah Belanda. Hal ini sepenuhnya dibuat dari batu dan memiliki lebih dari 2.000 panel relief bersama dengan 504 patung Buddha. Tidak ada yang tahu kapan candi ini dibangun dan alasan di balik pembangunannya. Sejumlah ulama mengatakan bahwa candi adalah buku teks agama Buddha dan bahwa ritual harus melalui beberapa platform dan berjalan selama 2 mil untuk membacanya.
7.Chion-In Temple
Candi ini dikatakan kuil Jepang yang paling terkenal. Mereka yang mengunjungi candi ini yang pertama diminta untuk melewati Gerbang San-Sen besar. Lonceng kuil berat mempunyai berat lebih dari 70 ton. Halaman Aula candi memiliki ‘bulbul’ lantai yang secara resmi disebut sebagai-uguisu Bari. Jika penyusup yang masuk, papan-papan kayu berderit dan para biarawan yang disiagakan.
Langganan:
Postingan (Atom)